Masyarakat Jakarta dan Banten, khususnya
pedagang yang tidak memiliki alat deteksi uang elektronik, diminta lebih
cermat saat bertransaksi. Pasalnya, menurut data Bank Indonesia 2010,
di dua wilayah ini paling banyak beredar uang palsu.
Demikian dinyatakan Kepala Biro Hubungan Masyarakat Bank Indonesia (BI), Difi A Johansyah, Jumat, 3 September 2010.
Cara
mudah membedakan uang kertas palsu dan uang asli, lanjut Difi, yakni
dengan mempraktekkan 3D: dilihat, diterawang, dan diraba.
Pertama,
dilihat. Uang yang asli, kata Difi, warnanya terang. Sementara kalau
warnanya buram, biasanya palsu. Selanjutnya, di pojok kanan bawah
terdapat optical variabel ink (OVI). OVI ini jika diperhatikan dari
sudut pandang yang berbeda akan berubah warna dari warna hijau ke
magenda. Sedangkan di sisi belakang uang asli pasti ada benang pengaman
yang ditanam dalam uang.
Kemudian cara kedua, diraba. Uang kertas
yang asli apabila diraba-raba pada bagian angka, huruf, dan gambar
pahlawan akan berasa kasar. Biasanya, uang palsu jika diraba terasa
licin.
Cara ketiga, yakni diterawang. Uang asli, jika diterawang
pada sebelah kanan terdapat gambar pahlawan, kemudian di bawah nilai
nominal juga terdapat lingkaran bertuliskan Bank Indonesia.
Cara
membedakan uang asli dan palsu ini, lanjut Difi, terus menerus
disosialisasikan ke masyarakat, khususnya di pasar-pasar tradisional
atau yang menetap di perbatasan wilayah. Itu sebabnya, setelah mendapat
penyuluhan, Difi berharap agar anggota masyarakat selalu mempraktekan
3D.
Lebih lanjut Difi menyatakan bahwa uang palsu biasanya
beredar di wilayah yang aktivitas perekonomiannya tinggi, seperti di
Jakarta dan Banten.
Sebelumnya, BI menyatakan uang palsu yang
beredar di kedua wilayah ini didominasi pecahan Rp100 ribu. Rata-rata
jumlah peredaran uang palsu mencapai 29 lembar per satu juta lembar uang
asli. (adi)
http://metro.news.viva.co.id/news/read/175773-tiga-cara-mudah-kenali-uang-palsu-rp100-000
Latest
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
EmoticonEmoticon